.jpeg)
Foto Pembukaan Bersama Kepala Dinas Perpusda NTB Bapak Dr. H. Ashari, SH., MH., Sekretris Dinas Bapak Drs. Amir dan Narasumber Bapak Muhammad Tahir, M.Sn, serta Peserta dan Panitia Kegiatan Bimtek Penulisan Berbasis Budaya Lokal.
JIP-NEWS. Perpustakaan Daerah Nusa Tenggara Barat (Perpusda NTB) menunjukkan peran strategisnya dalam mengembangkan budaya literasi sekaligus menjaga kelestarian warisan daerah dengan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penulisan Berbasis Budaya Lokal. Kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni pada tanggal 13 Agustus, 26 Agustus, dan 3 September, dengan konsep pembelajaran berkelanjutan yang memadukan teori, praktik, dan refleksi menulis.
Kegiatan ini diikuti oleh 40 siswa SMA/MA dan SMK se-Pulau Lombok, yang dipilih sebagai representasi generasi muda berpotensi dalam bidang literasi. Melalui kegiatan ini, mereka diajak untuk memahami bahwa menulis bukan hanya sekadar keterampilan akademik, tetapi juga media untuk melestarikan, mengembangkan, dan mengadvokasi budaya lokal.

Kekayaan Budaya NTB sebagai Basis Literasi
Nusa Tenggara Barat merupakan daerah yang kaya akan keragaman budaya. Terdapat tiga suku besar yang menjadi pilar utama, yakni Suku Sasak, Suku Samawa, dan Suku Mbojo. Masing-masing suku memiliki tradisi, adat istiadat, cerita rakyat, kesenian, hingga nilai-nilai filosofis yang sangat kaya. Kekayaan budaya ini bukan hanya warisan leluhur, tetapi juga sumber inspirasi yang dapat digali dan didokumentasikan melalui tulisan.
Nusa Tenggara Barat merupakan daerah yang kaya akan keragaman budaya. Terdapat tiga suku besar yang menjadi pilar utama, yakni Suku Sasak, Suku Samawa, dan Suku Mbojo. Masing-masing suku memiliki tradisi, adat istiadat, cerita rakyat, kesenian, hingga nilai-nilai filosofis yang sangat kaya. Kekayaan budaya ini bukan hanya warisan leluhur, tetapi juga sumber inspirasi yang dapat digali dan didokumentasikan melalui tulisan.
Namun, di tengah derasnya arus globalisasi, budaya lokal berpotensi tergerus dan tergantikan oleh budaya luar. Generasi muda sering kali lebih akrab dengan budaya populer global ketimbang tradisi daerahnya sendiri. Oleh karena itu, kegiatan Bimtek ini hadir sebagai langkah nyata Perpusda NTB untuk meneguhkan kembali pentingnya literasi berbasis budaya. Dengan menjadikan budaya Sasak, Samawa, dan Mbojo sebagai fokus penulisan, generasi muda diharapkan mampu menjaga dan mewariskan identitasnya melalui karya tulis.
.jpeg)
Sambutan Kepala Dinas Perpustakaan Daerah NTB
Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan Daerah NTB, Dr. H. Ashari, SH., MH., yang memberikan sambutan penuh makna tentang pentingnya literasi berbasis budaya. Beliau menekankan bahwa literasi harus dipahami secara lebih luas, tidak sebatas kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga sebagai alat perjuangan budaya.
Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan Daerah NTB, Dr. H. Ashari, SH., MH., yang memberikan sambutan penuh makna tentang pentingnya literasi berbasis budaya. Beliau menekankan bahwa literasi harus dipahami secara lebih luas, tidak sebatas kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga sebagai alat perjuangan budaya.
“Literasi adalah sarana untuk menjaga jejak sejarah, memperkuat identitas, dan mengadvokasi budaya lokal. Melalui kegiatan menulis, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga berupaya mengembangkannya agar tetap relevan dengan zaman. Saya berharap generasi muda NTB mampu menjadi penulis-penulis tangguh yang menjadikan budaya Sasak, Samawa, dan Mbojo sebagai inspirasi karya mereka. Dengan demikian, budaya kita tidak hanya dikenang, tetapi juga diperjuangkan,” ujar beliau.
Lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi penting karena selain mendukung pelestarian budaya, juga menegaskan peran literasi sebagai media advokasi. Tulisan dapat menjadi ruang pembelaan terhadap budaya lokal yang sering kali terpinggirkan, serta menjadi sarana memperkenalkan kekayaan NTB ke tingkat nasional bahkan internasional seperti selogan Perpusda "NTB Membaca NTB Makmur Mendunia".
.jpeg)
Sebagai narasumber utama, kegiatan ini menghadirkan Muhammad Tahir, M.Sn., seorang akademisi sekaligus dosen Jurusan Ilmu Pendidikan PGSD dan PGPAUD FKIP Universitas Mataram, yang juga dikenal sebagai pegiat seni dan literasi budaya. Dalam pemaparannya, beliau menegaskan bahwa budaya lokal adalah ladang yang sangat subur untuk dijadikan bahan tulisan.
Menurutnya, setiap elemen budaya mulai dari ritual adat, kesenian, cerita rakyat, hingga kebiasaan masyarakat sehari-hari memiliki nilai filosofis yang patut diangkat. Ia menyampaikan bahwa menulis berbasis budaya bukan sekadar mencatat fakta, tetapi juga menghadirkan makna dan refleksi yang dapat memberi inspirasi bagi pembaca.
Muhammad Tahir juga memberikan arahan teknis, meliputi:
- Metode eksplorasi budaya, dengan menggali informasi melalui wawancara tokoh adat, pengamatan langsung, serta studi pustaka.
- Penyusunan kerangka tulisan, agar ide budaya dapat tersaji runtut dan sistematis.
- Pengembangan tulisan kreatif dan akademis, sehingga budaya lokal dapat ditulis dalam berbagai bentuk karya.
- Strategi advokasi melalui tulisan, untuk memastikan budaya lokal tidak hanya ditulis, tetapi juga diperjuangkan keberadaannya.

Antusiasme Peserta
Kegiatan yang berlangsung selama tiga kali pertemuan ini mendapatkan respon positif dari para peserta. Mereka aktif bertanya, berdiskusi, hingga menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Beberapa siswa menulis tentang tradisi Bau Nyale yang sarat makna filosofis, ada pula yang mengangkat kesenian Gendang Beleq sebagai simbol semangat kolektivitas, serta cerita rakyat dari Samawa dan Mbojo yang penuh nilai moral.
Hasil tulisan yang dihasilkan menunjukkan bahwa generasi muda NTB mampu memandang budaya tidak hanya sebagai warisan, tetapi juga sebagai sumber gagasan yang hidup, yang dapat menjadi inspirasi bagi pembangunan karakter bangsa.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga kali pertemuan ini mendapatkan respon positif dari para peserta. Mereka aktif bertanya, berdiskusi, hingga menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Beberapa siswa menulis tentang tradisi Bau Nyale yang sarat makna filosofis, ada pula yang mengangkat kesenian Gendang Beleq sebagai simbol semangat kolektivitas, serta cerita rakyat dari Samawa dan Mbojo yang penuh nilai moral.
Hasil tulisan yang dihasilkan menunjukkan bahwa generasi muda NTB mampu memandang budaya tidak hanya sebagai warisan, tetapi juga sebagai sumber gagasan yang hidup, yang dapat menjadi inspirasi bagi pembangunan karakter bangsa.