Foto Bersama Peserta Kegiatan Pengabdian Kepada Masyaraakat, nampak dalam Foto ditengah tengah TIM Pengabdian, kemudian diapit oleh Kepsek dan peserta lainnya. 

JIP News: Gili Trawangan, 30 Agustus 2025 – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Mataram menggelar kegiatan bertajuk “Pelatihan Pendekatan Pembelajaran Deep Learning dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di SDN Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.”

Kegiatan ini dipusatkan di SDN 2 Gili Indah, Gili Trawangan, pada Sabtu (30/8), dan diikuti oleh para kepala sekolah serta 21 guru dari tiga sekolah dasar yang berada di gugusan tiga gili, yaitu Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.


Tim Dosen dan Peserta
Tim PKM PGSD FKIP Unram beranggotakan enam orang, terdiri dari lima dosen dan satu mahasiswa, yakni: Muhammad Tahir, M.Sn., Dr. H. Muhammad Makki, M.Pd., Dr. Ilham Handika, M.Pd., Muhammad Erfan, M.Pd., Irfan, M.Pd., Saihul (mahasiswa PGSD).

Peserta kegiatan meliputi tiga kepala sekolah, yaitu: Ni Wayan Srimurti, S.Pd. (Kepala Sekolah SDN 2 Gili Indah, Gili Trawangan), Mujitahid, S.Pd. (Kepala Sekolah SDN 3 Gili Indah, Gili Meno), Ahmad Yani, S.Pd. (Kepala Sekolah SDN 1 Gili Indah, Gili Air), ditambah dengan 20 guru, jumlah total peserta yang hadir mencapai 23 orang

Suasana Pelatihan
Sejak pagi hari, suasana sekolah sederhana di Gili Trawangan tampak ramai. Guru-guru datang dengan penuh semangat, beberapa di antaranya menempuh perjalanan laut dari Gili Meno dan Gili Air. Kehadiran tim dosen dan mahasiswa Universitas Mataram disambut dengan hangat, menciptakan atmosfer keakraban antara perguruan tinggi dan sekolah dasar di wilayah kepulauan.
Pemandangan khas Gili Trawangan dengan hamparan pantai biru yang indah menjadi latar kegiatan. Meskipun cuaca terasa panas, hal itu tidak menyurutkan semangat peserta untuk mengikuti pelatihan yang diharapkan dapat memperkaya wawasan mereka dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka.



Sambutan dan Pembukaan
Acara resmi dibuka oleh Muhammad Tahir, M.Sn. selaku perwakilan tim pengabdian. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya penerapan pendekatan Deep Learning dalam pembelajaran di sekolah dasar.
“Deep Learning bukan sekadar istilah baru, melainkan kebutuhan dalam dunia pendidikan saat ini. Guru tidak cukup hanya membuat siswa menghafal, tetapi harus mampu menumbuhkan pemahaman mendalam, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan reflektif. Inilah semangat yang dibawa Kurikulum Merdeka, dan inilah yang ingin kita kembangkan bersama di tiga Gili,” ujarnya.
Beliau juga menegaskan bahwa kegiatan ini akan ditindaklanjuti dengan program penelitian dan pendampingan di tiga sekolah dasar tersebut, sehingga hasilnya tidak hanya berhenti pada pelatihan satu hari, tetapi berkembang menjadi model pembelajaran khas kepulauan yang berbasis Deep Learning.


Penyampaian Materi
Sesi inti pelatihan diisi oleh Dr. Ilham Handika, M.Pd., yang memberikan materi dengan runtut dan interaktif. Ia menjelaskan mulai dari aspek filosofis Deep Learning, perbedaan antara surface learning (pembelajaran permukaan) dengan deep learning, hingga strategi implementasinya dalam pembelajaran di sekolah dasar.
Beliau juga memaparkan contoh praktik pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), yang sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka. Dalam penjelasannya, ia menekankan pentingnya menyesuaikan pendekatan dengan konteks lokal.
“Di Gili, potensi lokal sangat besar. Ekosistem laut, tradisi nelayan, hingga dinamika pariwisata dapat menjadi sumber belajar. Guru bisa menjadikan konteks nyata ini sebagai bagian dari pembelajaran mendalam agar siswa lebih mudah memahami materi,” jelas Dr. Ilham.

Diskusi Interaktif
Suasana diskusi berlangsung hangat. Para guru tampak antusias, mencatat dengan serius, dan berulang kali mengajukan pertanyaan.

  • Bapak Zainuddin menanyakan bagaimana Deep Learning bisa diterapkan di sekolah dengan keterbatasan sarana. Pertanyaan ini dijawab dengan menekankan bahwa esensi Deep Learning bukan pada fasilitas canggih, tetapi pada strategi guru dalam merancang pengalaman belajar bermakna.

  • Bapak Sugiarto menyoroti perbedaan kondisi sosial dan budaya masyarakat Gili dibandingkan daerah lain. Ia khawatir penerapan Deep Learning tidak sesuai dengan karakteristik siswa setempat. Menanggapi hal ini, pemateri menegaskan bahwa justru kondisi lokal bisa menjadi modal besar untuk pembelajaran.
Kedua pertanyaan ini memunculkan diskusi lebih luas tentang bagaimana guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam proses belajar agar siswa merasa lebih dekat dengan materi.

Apresiasi Peserta
Para kepala sekolah dan guru memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini. Ni Wayan Srimurti, S.Pd., Kepala Sekolah SDN 2 Gili Indah, menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran tim dari Universitas Mataram.
“Pelatihan ini membuka wawasan baru bagi kami. Selama ini kami masih banyak terjebak pada pola hafalan, padahal anak-anak membutuhkan pembelajaran yang lebih bermakna. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang guru peserta menyampaikan kesannya, “Materi ini sangat relevan dengan kondisi kami. Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, kami merasa lebih percaya diri untuk menerapkan Kurikulum Merdeka,” ungkapnya.
Penutup dan Harapan
Kegiatan diakhiri dengan refleksi bersama dan foto bersama seluruh peserta serta tim pengabdian. Para guru meninggalkan lokasi dengan semangat baru untuk mencoba strategi Deep Learning di kelas mereka masing-masing.
Tim pengabdian dari PGSD FKIP Unram menegaskan bahwa kegiatan ini akan dijadikan pintu masuk untuk penelitian lanjutan, pendampingan, dan pengembangan pembelajaran di sekolah dasar kepulauan. Dengan demikian, Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air diharapkan dapat menjadi model penerapan pembelajaran mendalam berbasis konteks lokal dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Kegiatan berjalan dengan lancar, penuh antusiasme, dan meninggalkan kesan mendalam bagi semua pihak. Kehangatan interaksi antara tim dosen, mahasiswa, guru, dan kepala sekolah membuktikan bahwa kerja sama antara perguruan tinggi dan sekolah dasar adalah kunci untuk memajukan pendidikan, bahkan di wilayah kepulauan yang jauh dari pusat kota.